![]() |
Sumber Foto: Anadolu |
FEMUSINDO.com - Kuburan massal yang ditemukan di al-Qutafyah dan Najha dekat ibukota Damaskus, Selasa (17/12/2024) mengungkap "mesin kematian" yang dijalankan negara di bawah pemimpin terguling Bashar al-Assad.
Mantan duta besar AS untuk kejahatan perang Stephen Rapp, setelah mengunjungi dua lokasi kuburan massal itu mengatakan, di lokasi ini lebih dari 100.000 orang yang hilang dan disiksa sampai mati.
"Saya tidak punya banyak keraguan mengenai jumlah tersebut, mengingat apa yang telah kita lihat di kuburan massal ini," kata Stephen Rapp, mengutip Reuters, Rabu (18/12/2024).
"Kita berbicara tentang sistem teror negara, yang menjadi mesin kematian. Ribuan orang bekerja dalam sistem pembunuhan ini," tambah Rapp.
Ratusan ribu warga Suriah diperkirakan telah terbunuh sejak tahun 2011, ketika tindakan keras Assad terhadap protes terhadapnya berubah menjadi perang skala penuh.
Baik Assad maupun ayahnya Hafez, yang mendahuluinya sebagai presiden dan meninggal pada tahun 2000, telah lama dituduh oleh kelompok hak asasi manusia dan pemerintah melakukan pembunuhan di luar hukum yang meluas.
Tuduhan tersebut, termasuk eksekusi massal di dalam sistem penjara negara dan penggunaan senjata kimia terhadap rakyat Suriah.
Assad, yang melarikan diri ke Moskow, berulang kali membantah bahwa pemerintahannya melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan menggambarkan para pencelanya sebagai ekstremis.
Komisi Internasional untuk Orang Hilang di Den Haag secara terpisah menyebutkan telah menerima data yang menunjukkan kemungkinan terdapat sebanyak 66 lokasi kuburan massal di Suriah yang belum diverifikasi. Lebih dari 157.000 orang telah dilaporkan hilang kepada komisi tersebut.
Kepala komisi Kathryne Bomberger mengatakan, portalnya untuk melaporkan orang hilang kini "meledak" dengan kontak baru dari keluarga. Sebagai perbandingan, sekitar 40.000 orang hilang selama perang Balkan tahun 1990-an.
Bagi keluarga, pencarian kebenaran di Suriah bisa jadi panjang dan sulit. Pencocokan DNA akan membutuhkan setidaknya tiga kerabat yang menyediakan sampel referensi DNA dan mengambil sampel DNA dari masing-masing kerangka yang ditemukan di kuburan, kata Bomberger.
Komisi tersebut meminta agar lokasi-lokasi tersebut dilindungi sehingga bukti-bukti dapat disimpan untuk persidangan potensial, terlebih lokasi kuburan massal tersebut mudah diakses. (*)
No comments:
Write comment