FEMUSINDO.com - Kelompok Islam pimpinan pemberontak Ahmad al-Sharaa sedang menancapkan otoritasnya di negara Suriah dengan kecepatan kilat yang sama seperti saat mereka merebut negara itu.
Mereka mengerahkan polisi, membentuk pemerintahan sementara, dan bertemu dengan utusan asing, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai seberapa inklusif penguasa baru Damaskus nantinya.
Sejak kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan Sharaa menyingkirkan Bashar al-Assad dari kekuasaan pada Minggu sebagai pimpinan aliansi pemberontak, para birokratnya yang hingga minggu lalu menjalankan pemerintahan Islam di sudut terpencil di barat laut Suriah, telah pindah ke kantor pusat pemerintahan di Damaskus, melansir Reuters, Kamis (12/12/2024).
Pengangkatan Mohammed al-Bashir, kepala pemerintahan daerah di daerah kantong HTS di Idlib, sebagai perdana menteri sementara Suriah yang baru pada Senin menggarisbawahi status kelompok tersebut sebagai kelompok bersenjata paling kuat yang berjuang selama lebih dari 13 tahun untuk mengakhiri kekuasaan tangan besi Assad.
Meskipun merupakan bagian dari al Qaeda sebelum memutuskan hubungan pada tahun 2016, HTS telah meyakinkan para pemimpin suku, pejabat lokal, dan warga sipil Suriah selama perjalanannya ke Damaskus bahwa mereka akan melindungi agama minoritas, dan hal ini mendapat persetujuan luas.
Pesan tersebut membantu memperlancar kemajuan pemberontak dan Sharaa, yang lebih dikenal sebagai Abu Mohammed al-Golani, telah mengulanginya sejak Assad digulingkan.
Sementara itu, pemimpin oposisi terkemuka Suriah mengadakan serangkaian pertemuan di ibu kota Damaskus dengan tokoh masyarakat dan pemuka agama untuk memperkuat perdamaian sipil dan kohesi sosial setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah awal pekan ini.
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (11/12/2024), mengutip Antara, Koalisi Oposisi Suriah (Syrian Opposition Coalition/SOC) mengungkapkan bahwa anggota komite politiknya, Ahmad Baccora, bertemu para pemimpin agama, komunitas, dan diplomatik di Damaskus, termasuk pejabat dari pemerintahan rezim sebelumnya.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas cara-cara memastikan keterlibatan semua warga Suriah dalam mendorong perdamaian sipil dan meningkatkan kohesi sosial di seluruh negeri.
Sebagai bagian dari kunjungannya di Damaskus, Baccora juga bertemu dengan anggota gereja dan menekankan pentingnya partisipasi komunitas Kristen dalam upaya membangun kembali Suriah.
Baccora menegaskan bahwa SOC "melakukan segala upaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan membangun negara demokratis dan sipil yang inklusif bagi semua pihak."
Menurutnya, rakyat Suriah "memantau situasi saat ini dengan penuh kesadaran" dan memahami pentingnya periode transisi antara jatuhnya rezim lama dan pembentukan negara baru. (*)
No comments:
Write comment