Friday, September 13, 2024

Zaman Prasejarah Ternyata Sudah Ada Alat Musik, Ini Bahan-bahan dan Fungsinya

Sumber Foto: Mamikos.com

FEMUSINDO.com - Berburu dan mengumpulkan atau disebut food gathering merupakan corak kehidupan manusia purba yang paling sederhana. 

Pada masa itu, manusia purba hidup secara berpindah-pindah tempat atau nomaden. Sejak periode awal munculnya peradaban manusia ini pula, manusia purba hidup berpindah-pindah secara berkelompok.

Ternyata, sejak masa prasejarah instrumen musik sudah dikenal. Beberapa ahli menyampaikan bahwa manusia pada zaman tersebut mengimitasi suara-suara alam dengan menggunakan suara mereka sendiri.

Musik Prasejarah

Musik prasejarah adalah musik yang dihasilkan oleh budaya praaksara atau prasejarah. Musik prasejarah juga dikenal dengan sebutan musik primitif.

Musik prasejarah istilah dalam sejarah musik untuk semua musik yang diproduksi dalam budaya praaksara (prasejarah), yang dimulai di suatu tempat dalam sejarah geologi yang sangat akhir.

Musik prasejarah diduga pertama kali dikenal pada periode Paleolitikum, sekitar 300.000 hingga 12.000 tahun lalu.

Tapi, ada pula yang menyebut musik mulai dikenal pada masa Homo Sapiens, yang hidup sekitar 180.000 hingga 100.000 tahun lalu.
Musik prasejarah erat kaitannya dengan kegiatan upacara-upacara ritual dan magis, seperti upacara penyembuhan, persembahan sesajen dan usaha membunuh binatang buruan. 

Alat Musik Prasejarah

Salah satu alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian tradisional pada masa prasejarah adalah nekara.

Alat musik yang pertama kali dibuat di zaman ini menggunakan bahan-bahan yang ada di alam, seperti seruling dari pahatan tulang, terompet dari gading mamut, genderang dari kulit gajah dan seruling dari bambu.

Dari penemuan artefak tersebut, para ilmuwan dan arkeolog menyimpulkan bahwa musik merupakan hal yang umum dalam aktivitas manusia sehari-hari, mulai dari aktivitas yang bersifat religius, hingga aktivitas rekreasional.

Ciri khas musik pada zaman prasejarah, di antaranya melodi yang dinyanyikan tanpa iringan musik, tekstur lagunya bersifat sakral, bertujuan untuk meningkatkan mutu dalam ibadah keagamaan, ritme lagunya sangat fleksibel dan musiknya hanya mengandalkan improvisasi. (*)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Back to Top