![]() |
Sumber Foto: Wikimedia Commons |
FEMUSINDO.com - Wage Rudolf Soepratman, atau dikenal dengan nama W.R. Soepratman, merupakan tokoh bangsa Indonesia yang menciptakan lagu kebangsaan "Indonesia Raya".
Atas jasanya, ia diberikan gelar sebagai pahlawan nasional Indonesia dan tanggal lahirnya, 9 Maret, ditetapkan sebagai "Hari Musik Nasional".
Soepratman diberi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia dan Bintang Maha Putera Utama kelas III pada tahun 1971.
W.R. Soepratman merupakan seorang guru, wartawan, violinis, komponis, dan anggota dari grup musik jazz Black and White Jazz Band.
Masa Kecil dan Pendidikan Soepratman
Wage Rudolf Soepratman lahir di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara, Jakarta), Hindia Belanda, 9 Maret 1903 dan meninggal di Surabaya, Hindia Belanda, 17 Agustus 1938.
Dia anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen.
Setelah berusia 6 tahun, ia masuk sekolah Boedi Oetomo di Batavia. Belum sampai dapat menamatkan pelajaran, ibunya meninggal dunia.
Pada tahun 1914, Soepratman dibawa oleh kakaknya yang tertua Roekijem Soepratijah dan kakak iparnya Willem van Eldik ke Makassar.
Kemauan Kuat Untuk Bersekolah
Atas usaha Willem van Eldik, Soepratman dapat masuk sekolah Belanda, ELS (Europese Lagare School), setelah menambahkan namanya dengan "Rudolf" sebagai suatu siasat, supaya diterima di sekolah itu.
Ia tidak lama dapat belajar disitu, dikeluarkan dari sekolah Belanda, karena diketahui bukan anak kandung Willem van Eldik.
Soepratman yang mempunyai sifat keras hati dan kemauan kuat, dengan diam-diam tanpa sepengetahuan kakaknya, ia masuk sekolah Melayu.
Setelah tamat sekolah Melayu, pada tahun 1917 Soepratman lalu rajin belajar bahasa Belanda di sekolah malam.
Pada tahun 1919 ia berhasil lulus ujian Klein Ambtenaar Examen, yang saat itu dikenal dengan diploma K.A.E. Setelah itu melanjutkan ke Normaalschool, yaitu sekolah guru pada waktu itu hingga selesai.
Jadi Guru, Wartawan Hingga Tertarik Pada Pergerakan Nasional
Ketika berumur 20 tahun, ia menjadi guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.
Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Makassar, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita.
Pekerjaan itu tetap dilakukannya walaupun ia telah pindah ke Batavia. Dalam masa tersebut, ia mulai tertarik pada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan.
Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda.
Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi.
Pandai Bermain Biola dan Menggubah Lagu
Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu.
Ketika tinggal di Batavia, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.
Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya. Pada waktu itu ia berada di Bandung dan berusia 21 tahun.
Pada bulan Oktober 1928 di Batavia dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda.
Pertama Kali Indonesia Raya Diperdengarkan
Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum.
Lagu itu diperdengarkan Soepratman secara intrumental dengan biola atas saran Sugondo Djojopuspito berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu.
Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya.
Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan.
Ditangkap Hindia Belanda dan Kesehatan Menurun
Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, W.R. Soepratman selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda sampai jatuh sakit.
Ia ditangkap pada awal Agustus 1938 ketika menyiarkan lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya, dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya.
Karena kondisi kesehatannya yang semakin menurun, pada 17 Agustus 1938 (Rabu Wage) W.R. Soepratman meninggal dunia di Jalan Mangga No. 21 Tambak Sari, Surabaya, karena gangguan jantung yang dideritanya.
Almarhum W.R. Soepratman dimakamkan di Pemakaman Umum Kapasan Jalan Tambak Segaran Wetan Surabaya, Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Dikisahkan, sehari sebelum Soepratman meninggal, Ia berpesan kepada Roekijem agar lagu Indonesia Raya diserahkan kepada Badan Kebangsaan.
Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi Soepratman tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan. (*)
No comments:
Write comment